Hujan hari ini begitu deras, bunyi berisik dalam rumah megah beratapkan seng cukup menganggu debar telingaku. Dua orang di sebelahku baru saja berhenti berdiskusi, membicarakan bagaimana kekaguman dan kebanggaan orang islam pada sosok Abdurachaman bin Auf . Pendahulu islam, sukses karena keahliannya dalam berdagang dan Ketaqwaannya pada Allah. Aku ikut merasakan aura itu, aura kerinduan pada pengabdi Islam. Tapi, aku.. aku sudah tidak ingin lagi bersedih dan menyesal atas pilihan yang telah aku buat.
Disini, aku berfikir tentang kekeliuran tentang realitas yang tidak mestinya terjadi. disini aku mulai memahami bahwa diriku memang bukanlah orang yang bisa di harapkan.
Disini, aku berfikir tentang kekeliuran tentang realitas yang tidak mestinya terjadi. disini aku mulai memahami bahwa diriku memang bukanlah orang yang bisa di harapkan.
"Maaf, maafkan aku Tuhan.. Apa saat ini engkau kecewa padaku???"Entah kenapa, aku selalu menyesal atas apa yang telah terjadi. Aku ingin melupakan dan memulai sesuatu yang baru, tapi sayangnya itu tidak mungkin. tidak mungkin.